Kisah yang ingin kusampaikan ini adalah
kisan tentang putri pertama Rasulullah Zainab yang pernah mengalami
kisah cinta berbeda agama dengan suaminya yang bernama Abul Ash ra
seorang pemuda Quraisy yang jujur dan terpercaya, yuk kita simak kisah
cinta yang harus terhalangi karena perbedaan agama berikut ini.
Awal Kisah yang Bahagia
Abul Ash dikenal sebagai seorang yang
jujur. Di usianya yang masih muda, beliau juga dikenal sebagai seseorang
yang dapat dipercaya dan memiliki kepiawaian dalam berdagang. Dengan
segala kelebihan yang ia miliki, ia mengenal banyak saudagar kaya di
mekah termasuk ibunda Khadijah ra. Istri pertama Rasulullah saw. Melihat
kemuliaan pemuda ini, Khadijah binti Khuwailid berkeinginan menjodohkan
putrinya Zainab dengan Abul Ash bin Rabi. Ketika itu nabi Muhammad saw.
menyetujuinya. Baginya perangai yang dimiliki Abul Ash cukup baik untuk
dijadikan seorang menantu terlebih Abul Ash bukan termasuk orang yang
asing bagi Rasulullah, karena moyang Abul Ash bertemu dengan moyang Nabi
pada Abdu Manaf.
Penikahan merekapun dilangsungkan. Di
hari bahagia itu Zainab mendapat hadiah perhiasan kalung yang indah dari
ibunda tercinta. Setelah menikah, Zainab kini menjadi tanggung jawab
Abul Ash seutuhnya. Zainab berpindah meninggalkan ayah dan ibunya untuk
kemudian membangun kehidupan berumah tangga baru bersama Abul Ash.
Pernikahan Zainab dan Abul Ash berjalan harmonis. Mereka saling
mencintai dan saling menyayangi satu sama lain.
Turunnya Wahyu Menjadi Awal Ujian Cinta:
Seiring dengan berjalannya waktu, tugas
menyampaikan risalah itu pun datang kepada Rasulullah. Rasul
menyampaikan Islam kepada keluarga dan kerabatnya. Beberapa keluarga
terdekat dan putrinya segera menerima ajaran Islam yang dibawa oleh
Rasulullah. Tapi tidak dengan menantu Rasul termasuk Abul Ash, padahal
sesungguhnya Abul Ash adalah tipikal menantu yang sangat menghormati
mertuanya. Namun urusan keyakinan, Abul Ash masih sulit memercayai apa
yang Rasulullah katakan.
Zainab sempat terpisah dari Rasulullah
dengan jarak Mekah dan Madinah selama beberapa tahun lamanya, sebab Abul
Ash tidak bersedia melepaskan istri yang sangat dicintainya. Meski
enggan beriman pada Rasulullah, Abul Ash masih lah menghormati mertuanya
itu. Terlebih dia mengakui bahwa tidak ada orang mulia seperti
Rasulullah. Namun hidayah sulit sekali datang pada Abul Ash ketika itu.
Padahal cukup sering Zainab mengajak suaminya untuk turut serta meyakini
bahwa apa yang Rasulullah sampaikan adalah kebenaran yang nyata. Tapi
bertahun-tahun itu dilakukan, hidayah tak kunjung datang pada Abul Ash.
Mungkin perpisahanlah yang akan
mengajarkan Abul Ash tentang arti kehilangan. Demi ketaatan pada Allah
dan Rasulullah, akhirnya Zainab dan Abul Ash berpisah. Sebab Abul Ash
sempat menjadi tawanan kaum muslimin setelah perang Badar. Agar Abul Ash
bisa bebas, ia harus rela mengantarkan Zainab kepada ayahnya. Lalu Abul
Ash pun menyetujuinya. Terlebih wahyu tentang larangan menikah berbeda
iman telah turun. Begini isinya.
“Dan janganlah kamu menikahi
wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak
yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik
hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan
wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang
mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu.
Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan
dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
(perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil
pelajaran.” [Al-Baqarah: 221]
Cinta Mulia Berakhir Bahagia:
Hidup tanpa Zainab benar-benar
membuatnya tersiksa. Terlebih dia tidak dapat lagi mencintai wanita lain
selain Zainab. Baginya tidak pernah ada wanita yang dapat menggantikan
kemuliaan Zainab juga kebaikan wanita seperti Zainab dalam hidupnya.
Abul Ash benar-benar lelaki yang sangat setia, ia terus menunggu hingga
takdir akan mempertemukan mereka lagi.
Saat kafilah dagangnya di tawan oleh
kaum muslimin, di sinilah hidayah itu datang. Melihat bahwa betapa
baiknya perlakukan Rasulullah terhadap kafir Quraisy sepertinya yang
tetap dihormati. Dan perlindungan dari Zainab, juga kaum muslimin yang
dengan rela mengembalikan harta yang ia bawa. Membuatnya sadar bahwa
menjadi seorang muslim jauh lebih baik dari pada mempertahankan ajaran
nenek moyangnya. Setelah mengembalikan harta pada penduduk mekah. Abul
Ash bersyahadat dan menginggalkan mekah kemudian ia pergi ke madinah
menemui Rasulullah.
Tak disangka, selain disambut dengan
terbuka oleh kaum muslimin dan Rasulullah. Ia pun diperkenankan untuk
menikah kembali dengan Zainab. Dam Zainab sudah menjadi halal baginya
lagi. Dua tahun keduanya berjalan bersama dalam satu Aqidah yakni iman
kepada Allah dan Rasulullah. Namun tidak lama setelah itu kebahagian
Abul Ash di dunia bersama Zainab harus pupus. Karena atas kehendak
Allah, Zainab harus meninggal dunia lebih dulu dari padanya. Pada tahun 8
Hijriyah Zainab Wafat. Disusul kemudian dirinya wafat pada 12 Hijriyah.
Tips Untukmu yang Berharap Cinta Sejati
Bagimu yang kini sedang mengalami cinta begini, ini saranku untukmu. Kuharap kamu mengerti.
Jangan biarkan perbedaan agama menjadi halangan untuk datangnya ridho Allah kepadamu
Karena saat ini ayat tersebut sudah
turun. Maaf harus kukatakan padamu bahwa, jangan biarkan perbedaan agama
menjadi halangan untuk datangnya ridho Allah kepadamu. Karena
pernikahan yang tidak mendapatkan ridha Allah, tidak akan menjadikanmu
bahagia jika terus kalian paksakan. Berbeda tetap saja berbeda, kalian
tidak akan dapat merekayasa dengan penyataan “bisa saja asal saling
menghargai dan menghormati.” Dalam kondisi sepelik apa pun, jika Allah
ridha kalian akan tetap merasa bahagia. Namun jika kalian melanggar
larangan-Nya sudah pasti engkau tidak akan mendapatkan ridho-Nya apa
lagi bahagia dari-Nya.
Jangan biarkan perbedaan agama menjadi halangan untuk mendapatkan jodoh yang jauh lebih baik.
Bagaimana jika ada orang yang lebih baik
bagimu dari pada orang yang kau sukai saat ini. Meski sakit, Zainab
tetap taat pada perintah Allah dan Rasulullah. Ia tahu betul bahwa dalam
hidup ini kita tidak hanya bisa mengandalkan cinta saja untuk dapat
selamat di akhirat kelak. Tetapi juga perlu menyertakan iman dan takwa
yang ditunjukan melalui ketaatan terhadap aturan yang ada. Saat Abul Ash
belum beriman, Zainab rela melepaskannya dan terus bersabar dalam
ketaatan. Sampai akhirnya tiba masa di mana ia dapat bersatu kembali
dengan suaminya dalam keadaan yang lebih baik dan lebih Allah ridhai.
Mungkin bagimu, bisa jadi Allah telah mempersiapkan seorang muslim yang
lebih baik dan lebih Allah ridhai jika kalian bersatu.
Jangan biarkan perbedaan agama menjadi halangan untuk mengajak pasanganmu ikut merasakan indahnya surga.
Seperti ketabahan hati Zainab sebagai
seorang wanita, keteguhan hatinya yang terus menerus mengajak suami yang
dicintainya untuk ikut berislam dan dapat merasakan indahnya surga
dalam kehidupan yang akan datang. Cintanya terhadap suaminya tak lantas
meluruhkan Ketaatan Zainab pada Allah dan Rasulullah. Ia tetap tahu mana
yang seharusnya ia dahulukan. Juga tentang kejujuran seorang Abul Ash
yang dengan rela melepaskan istri yang begitu ia cintai untuk memenuhi
janji kepada Rasulullah yang begitu ia hormati. Ketika keduanya memiliki
kualitas diri yang sama frekuensinya, maka jodoh tetaplah jodoh, meski
telah dipisahkan dengan banyak kejadian mengharukan, jodoh yang
sesungguhnya adalah jodoh yang tidak hanya ada di dunia tapi juga di
taman surga kelak. Maka bagi Abi dan Ummi yang kini sedang bersama dalam
nikmat iman dan islam, juga para calon Abi dan Ummi yang belum menikah,
teruslah menjaga diri dalam ketaatan kepada Allah Swt. dan Rasulullah
saw. Agar kebersamaan kamu dengan jodohmu tidak hanya dirasakan di dunia
saja. Tapi juga di taman Firdaus kelak. Amin ya Rabbal Alamin.